METROSIANTAR.com, TAPUT – Sosialisasi yang dilaksanakan PT Sarulla Operatioan Limited (SOL) yang bekerja sama Pemkab Taput terkait proyek PLTP (pembangkit listrik panas bumi) di Pahae Jae dan Pahae Julu, dinilai belum memberikan kepuasan bagi masyarakat.
Pasalnya, salah satu pertanyaan yang paling penting, yakni tentang bahaya yang dapat ditimbulkan jika sewaktu-waktu terjadi gempa, tidak terjawab dalam sosialisasi tersebut.
Solavide Tambunan, salah satu warga Pahae kepada METRO, Rabu (8/1) mengatakan, kepastian tentang bahaya atau dampak yang dapat ditimbulkan jika sewaktu-waktu terjadi gempa di Pahae sangat penting untuk diketahui. Pasalnya, Pahae merupakan kawasan yang berada dalam patahan gempa dan memungkinkan serignya terjadi gempa.
”Nah, pertanyaan seberapa tahan pipa yang di dalam tanah itu sanggup untuk menahan gempa? Misalnya patah karena sesuatu, apa dampaknya ke pemukiman di sekitar. Karena di dalam api itu ada uap panas, bahkan sampai melewati 100 derajat celcius. Makanya kita ingin mengetahui kepastiannya. Namun sayangnya, itu tadi tidak terjawab dalam sosialisasi itu,“ terangnya.
Warga lainnya, Pasonly Siburian mengatakan, rasa keetidakpuasannya dalam sosialisasi tersebut dikarenakan terbatasnya waktu pelaksanaan sosialisasi. ”Selain masalah ketahanan pipa terhadap dampak gempa yang belum terjawab, waktu pelaksanaan sosialisasinya juga sangat terbatas.Tadi saja pertanyaan warga dibatasi dengan alasan untuk makan siang. Makanya kita kurang puas,“ jelasnya.
Humas PT SOL Hindustan Sitompul kepada METRO saat dikonfirmasi terkait keluhan warga tersebut mengaku pipa di dalam tanah yang akan menjadi saluran uap panas tersebut sudah dirancang untuk tahan terdampak gempa. ”Bahkan, sampai 10 skala richter. Dan perlu diketahui, pipa yang di dalam tanah itu juga bersifat lentur. Jadi itu sudah tahan,“ sebutnya.
Bupati Taput Minta PT SOL Transparan
Sementara itu, Bupati Taput Torang Lumbantobing meminta agar PT SOL (Sarulla Operasi Limited) sebagai konsorsium yang mengerjakan proyek PLTP (Pembangkit Listrik Panas Bumi) atau Geothermal Sarulla di Pahae Jae dan Pahae Julu, agar transparan kepada masyarakat.
Dihadapan unsur pimpinan daerah (Uspida) bersama masyarakat Luat Pahaea, Bupati juga mengkritik dan menyesalkan sikap PT SOL yang terkesan sombong dan arogan dalam setiap melakukan kegiatan operasional. Sikap arogansi ini terlihat pada saat setiap melakukan kegiatan operasional di Pahae. Perusahaan tersebut nyaris tidak pernah berkoordinasi dengan pemda. Begitu juga kepada masyarakat sekitar kurang melakukan sosialisasi.
“Saya selaku Bupati yang menandatangani izin operasi tidak pernah dikasih tahu kegiatan seperti apa yang dilakukan pihak SOL. Terus terang, saya sakit hati. Namun, pada prinsipnya kita memang mendukung penuh keberadaan PT SOL ini,” kata Toluto, Rabu (8/1) pada pertemuan masyarakat Luat Pahae dengan PT SOL di Sarulla.
Bupati mengingatkan pihak PT SOL ke depan agar lebih transparan dan lebih hati-hati dalam setiap melakukan kegiatan sehingga tidak menimbulkan asumsi negatif.
“Kompensasinya kepada masyarakat dari PT SOL juga harus jelas. Jangan ada yang ditutup-tutupi. Harus terbuka dan menjelaskan apa itu panas bumi kepada masyarakat, sehingga geothermal ini dapat dimengerti masyarakat, apa saja dampaknya. Tidak perlu ada yang ditutup-tutupi, kita harap SOL lebih transparan dalam setiap kegiatan operasional,” ujarnya.
Menurutnya, kekhawatiran masyarakat atas letupan besar yang mengeluarkan asap beberapa lalu saat uji coba sumur Silangkitang, akibat kurangnya sosialisasi PT SOL.
“Jangan sampai terulang lagi. Pemkab Taput sangat mendukung tindak lanjut pembangunan proyek PLTP Sarulla. Sebab itu dampaknya sangat besar untuk peningkatan perekonomian masyarakat Bonapasogit. Lebih kurang 14 tahun, kami perjuangkan agar secepatnya panas bumi Sarulla ini beroperasi. Geothermal ini sangat positif dan kita dukung. Namun jika ada dampak buruknya, saya akan tarik izinnya. Makanya saya minta pihak pengembang agar transparan terhadap dampak negatif dan positif proyek ini,” ujarnya.
Acara yang dihadiri Presiden Direktur PT SOL Sinohaer, Dirut PT SOL Fauzi Imron, Alimin Ginting, Arif Pramono Suma dan Ka Humas PT SOL Hindustan Sitompul itu, dilakukan sebagai tindak lanjut aspirasi masyarakat Pahae yang meminta agar PT SOL lebih proaktif melakukan sosialisasi. Sebab selama ini sangat minim dilakukan.
Pada kesempatan itu, Toluto juga meminta agar PT SOL lebih mengutamakan tenaga kerja dari Pahae sepanjang bisa dikerjakan putra daerah sendiri. “Kami minta pihak PT SOL tidak perlu mendatangkan tenaga kerja dari luar daerah jika hanya sebatas sopir, satpam dan lain-lain. Sebab putera daerah ada yang mampu untuk itu,” ujarnya disambut aplus masyarakat Pahae.
Sementara para tokoh masyarakat dari berbagai desa dari Kecamatan Pahae Julu dan Pahae Jae dalam pertemuan itu, pada intinya meminta supaya PT SOL transparan melakukan sosialisasi dalam pengerjaan proyek PLTP Sarulla dan mengutamakan tenaga kerja dari putra daerah.
Menanggapi hal tersebut, Dirut PT SOL Fauzi Imron berjanji akan merealisasikan permintaan Bupati Taput untuk masyarakat Pahae. “Kami minta maaf atas kelalaian bulan yang lalu saat diadakan uji coba.
Kami akui kelemahan PT SOL yang kurang komunikatif. Ke depan tidak begitu lagi, makanya ada pertemuan ini. PT SOL bertanggung jawab dan menjamin semua keluhan ataupun dampak pembangunan proyek PLTP Sarulla. Pembangunan ini untuk kita semua. Untuk kesejahteraan masyarakat. Begitu juga masalah Amdal, kita sepakat benar-benar diteliti . Sehingga kedepan geothermal Sarulla ini dapat beroperasi dengan lancar. Sebab proyek ini adalah jangka panjang dan berdampak besar untuk masyarakat,” katanya.
Dalam pertemuan itu, sempat terjadi dialog dengan petugas karena ada sekelompok masyarakat yang menyatakan pertemuan itu harusnya dilakukan di lokasi sumur gas bumi di Silangkitang bukan di Kantor PLTP Sarulla.
“Di awal pembicaraan tidak ada sosialisasi diadakan di sini. Soal PT SOL ini, saya juga tahu manfaatnya. Pertama untuk perusahaan, kedua untuk Pemkab Taput dan ketiga untuk masyarakat. Tapi manfaat yang ketiga ini yang tidak jelas. Supaya ada kejelasan kepada masyarakat, harus dibuat perjanjian bukan sosialisasi,” ujar Sitorus Pane salah seorang dari kelompok masyarakat yang menentang sosialisasi tersebut.
Aksi Sitorus Pane dan beberapa rekan-rekannya sempat mengalihkan perhatian peserta sosialisasi. Bahkan, Wakapolres Taput Kompol P Sihotang harus meninggalkan jajaran Uspida untuk menenangkan Sitorus Pane dan rekannya.
Walau tidak lama mengalihkan perhatian peserta, namun Sitorus Pane masih kesal dengan sosialisasi tersebut. Dia sempat mengeluarkan kata-kata bernada ancaman, siap berdarah-darah jika keberadaan PT SOL tidak bermanfaat bagi warga sekitar.
Namun demikian, pertemuan masyarakat dengan PT SOL, Pemkab Taput berjalan lancar dan diakhiri dengan makan siang bersama dan meninjau sumur Sil I di Desa Silangkitang. (cr-02/cr-01/mua)
Sumber : metrosiantar.com