Tanah Karo (SIB)- Memasuki awal tahun 2014, Pertamina menaikan harga gas elpiji 12 kilogram mencapai 65 persen. Kenaikan ini akan berimbas menurunkan daya beli sehingga memberikan dampak terhadap ekonomi masyarakat. Apalagi, masyarakat sudah diberatkan kenaikan harga BBM subsidi beberapa waktu lalu serta kenaikan Tarif Dasar Listrik.
“Kenaikan ini juga membebani pengusaha, mereka harus memendam modal yang lebih besar dengan untung yang lebih tipis dibanding gas elpiji tiga kilogram,” ujar Anggota DPD RI asal Sumut, Parlindungan Purba di sela-sela kunjungannya ke agen gas elpiji di Kabanjahe, Sabtu (4/1) malam.
Parlindungan menambahkan, kondisi seperti ini akan berdampak panjang pada ketersediaan gas elpiji subsidi. Selain itu memicu rawannya keamanan gas elpiji dengan makin maraknya pemindahan tanpa melalui pihak yang berkompeten.
“Harga produk itu seharusnya disesuaikan. Jangan mengajari masyarakat untuk mengoplos. Ini terkait dengan keamanan bagi masyarakat karena berbahaya dan menyangkut nyawa. Dengan kebijakan sekarang ini sangat rentan adanya oplosan dari gas elpiji tiga kilogram ke 12 kilogram,” katanya.
Dia juga meminta kepada Pertamina untuk meninjau ulang keputusannya menaikan harga gas elpiji tabung 12 kilogram. Ia kecewa dengan kenaikan harga elpiji 12 kilogram per 1 Januari lalu karena dilakukan tanpa sosialisasi dan sangat memberatkan masyarakat.
“Saya mendesak Pertamina untuk meninjau ulang keputusan yang menaikan harga gas elpiji tabung 12 kilogram secara mendadak dan tidak transparan. Ini semakin memberatkan dan mempersulit kondisi masyarakat,” tukasnya. (B1/h)
Sumber : hariansib.co
“Kenaikan ini juga membebani pengusaha, mereka harus memendam modal yang lebih besar dengan untung yang lebih tipis dibanding gas elpiji tiga kilogram,” ujar Anggota DPD RI asal Sumut, Parlindungan Purba di sela-sela kunjungannya ke agen gas elpiji di Kabanjahe, Sabtu (4/1) malam.
Parlindungan menambahkan, kondisi seperti ini akan berdampak panjang pada ketersediaan gas elpiji subsidi. Selain itu memicu rawannya keamanan gas elpiji dengan makin maraknya pemindahan tanpa melalui pihak yang berkompeten.
“Harga produk itu seharusnya disesuaikan. Jangan mengajari masyarakat untuk mengoplos. Ini terkait dengan keamanan bagi masyarakat karena berbahaya dan menyangkut nyawa. Dengan kebijakan sekarang ini sangat rentan adanya oplosan dari gas elpiji tiga kilogram ke 12 kilogram,” katanya.
Dia juga meminta kepada Pertamina untuk meninjau ulang keputusannya menaikan harga gas elpiji tabung 12 kilogram. Ia kecewa dengan kenaikan harga elpiji 12 kilogram per 1 Januari lalu karena dilakukan tanpa sosialisasi dan sangat memberatkan masyarakat.
“Saya mendesak Pertamina untuk meninjau ulang keputusan yang menaikan harga gas elpiji tabung 12 kilogram secara mendadak dan tidak transparan. Ini semakin memberatkan dan mempersulit kondisi masyarakat,” tukasnya. (B1/h)
Sumber : hariansib.co