Home

Selasa, 17 Desember 2013

Terkait Ledakan Sumur Bor Sarulla, Pemuda Pahae Sampaikan Surat Terbuka

TAPUT – Pemuda asal Pahae, sampaikan surat terbuka terkait ledakan sumur bor perusahaan pembangkit listrik tenaga panas bumi (geothermal) di Desa Silangkitang, Kecamatan Pahae Jae, Taput, Rabu (11/12) sekira pukul 10.00 WIB, yang dikelola oleh perusahaan Sarulla Operations Limited (Ltd).

“Sebagai putra Luat Pahae (sebutan untuk Kecamatan Pahae Jae, Pahae Julu, Purbatua dan Simangumban), saya harus turut serta dalam mengawasi segala kemungkinan buruk atas hadirnya investasi ke sana. Oleh sebab itu, saya menyampaikan surat terbuka ke publik tentang keberadaan perusahaan itu.

Terlebih, setelah adanya ledakan sumur bor kemarin, serta kurangnya sosialisasi pihak perusahaan itu kepada masyarakat soal resiko buruk hadirnya perusahaan pembangkit listrik tenaga panas bumi,” ujar salah seorang putra Pahae yang kini kuliah pasca sarjana di USU, Medan, Pasonly Siburian, Minggu (15/12).

Dia menjelaskan, bumi Luat Pahae, merupakan kawasan yang subur. Hampir semua jenis tanaman tumbuh di daerah itu. ”Potensi sumber daya alam yang begitu besar di Luat Pahae adalah anugerah Tuhan bagi kami. Untuk itulah, kami patut untuk menjaga dan melestarikannya. Walau kami sadar, potensi yang ada belum dapat digali secara maksimal. Termasuk potensi energi panas bumi itu,” imbuhnya.

Untuk itu, sedari awal, masyarakat Luat Pahae, sebenarnya menyambut baik eksplorasi potensi panas bumi yang dulunya dikelola pihak perusahaan luar negeri, yakni UNOCAL (Union Oil Company of California) itu.

“Tapi, seiring waktu pengelolaan perusahaan itu, masyarakat Pahae seolah dikesampingkan. Selain kurang sosialisasi tentang keberadaan perusahaan, masyarakat juga kurang dimanfaatkan sebagai tenaga kerja perusahaan,” sambung Pasonly.

Dalam penantian panjang, Sarulla sebenarnya telah memberi harapan. Dimana ekonomi di Luat Pahae, kembali menggeliat. Pasar (onan) kembali ramai dikunjungi. Pemuda kembali semangat untuk bekerja. Dan anak sekolah kembali semangat belajar karena berharap cepat tamat dan bisa bekerja di tempat itu. Namun, masyarakat hanya menginginkan ada kerja sama yang jujur dari pihak perusahaan. ”Saling mempercayai, saling membangun dan saling menguntungkan. Itulah yang kami harapkan,” tandasnya.

Lebih lanjut, ungkap Pasonly, dari beberapa sosialisasi yang pernah diadakan pihak Sarulla, dampak negatif dari kegiatan yang sedang dan akan dilaksanakan perusahaan itu tidak pernah disosialisasikan.

”Akibatnya masyarakat selama ini bertanya-tanya, apakah benar tak ada dampak negatif dan benar ramah lingkungan. Imbasnya, ledakan sumur bor kemarin yang membuat warga panik berlarian mengamankan diri ke mana-mana karena takut terjadi apa-apa. Bahkan, ada yang sampai jatuh pingsan,” bebernya.

Atas kejadian itulah munculnya keraguan masyarakat. ”Saya yakin, mayoritas masyarakat Luat Pahae awalnya tidak menolak hadirnya perusahaan itu. Tetapi kami sebagai masyarakat Pahae secara keseluruhan, berhak mengetahui kemungkinan resiko terkecil hingga yang terburuk yang ditimbulkan perusahaan itu,” paparnya.

Oleh karena itu, melalui surat terbuka yang kami sampaikan ke publik itu, semua pihak, khususnya pihak Sarulla, dapat memaklumi dan memahami apa yang menjadi keinginan masyarakat Luat Pahae. ”Karena, masyarakat juga khawatir terjadi musibah besar seperti lumpur lapindo di Jawa sana di Luat Pahae,” terang Pasonly.

Pada intinya, Sarulla perlu menyampaikan informasi yang benar kepada masyarakat. Termasuk resiko bencana yang mungkin terjadi karena kegiatan Sarulla. Sekali lagi, kerja sama yang jujur dan tulus antara masyarakat Pahae dengan Sarulla akan melahirkan kepercayaan, saling membangun dan saling menguntungkan. Sehingga antusias masyarakat Luat Pahae yang begitu besar kepada mereka (Sarulla) tidak berubah. (hsl/mua)

Sumber : metrosiantar.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar